Tradisi khitanan di Indonesia mungkin saja sudah tak asing di telinga semua Ezytravelers. Ada yang menganggap bahwa upacara ini diperlukan sebagai simbol menuju kedewasaan dan perubahan estetika seksualitas, tapi ada juga yang menganggap bahwa khitanan diperlukan untuk menghargai istiadat leluhur yang sudah lama mengisyaratkan khitan sebagai perayaan persembahan. Di Indonesia itu sendiri, upacara khitan dapat dilaksanakan pada anak laki-laki dan juga perempuan, perbedaannya terdapat pada tata cara khitan, tujuan, dan manfaat. Berikut adalah penjabaran tradisi khitanan di Indonesia yang dapat disimak.
Tradisi Khitanan Adat Sunda Tradisi khitanan di Indonesia yang ini masuk dalam acara adat sunda, salah satu suku besar di Indonesia. Tradisi ini adalah percampuran antara aturan islam yang mewajibkan tiap anak laki untuk di khitan dan budaya setempat masyarakat sunda yang unik. Zaman dulu masyarakat sunda memakai jasa Bengkok (bahasa sunda), dinamakan seperti itu karena dia menggunakan peralatan yang terbuat dari bambu untuk melakukan khitan. Uniknya justru berlangsung sebelum si anak di sunat, anak akan di arak memakai tandu berbentuk Singa yang dinamakan oleh masyarakat sunda dengan sisingaan. Sang anak di iring keliling desa bagaikan raja, keluarga dari si anak mengikuti sambil di temani dengan keseninan sunda yang khas. Setelah iringan sisingaan yang megah, pada malam harinya keluarga melakukan acara pemberkatan untuk sang anak yang akan melakukan sunatan. Di dalam acara tersebut keluarga si anak mengundang kerabat, tetangga dan keluarga lainnya untuk bersama membaca doa untuk sang anak. Biasanya selain acara pembacaan doa, diselipkan juga agenda perjamuan makan keluarga. Ke esokan harinya anak yang akan di sunat akan berendam ke dalam air dingin agar kebal (tahan sakit), setelah itu baru mulai di khitan. Khitanan di Sumatra Selatan Tradisi yang satu ini termasuk tradisi khitan wanita yang bertujuan agar anak perempuan yang dimiliki terhindar dari marabahaya dan simbol pembersihan dari pengaruh negatif alam. Ritual ini umumnya dilakukan pada anak perempuan usia 4-7 tahun dengan tatacara tidak memotong bagian kemaluan tetapi hanya membersihkan bagian kemaluan dan memandikan dengan air sungai. Tradisi ini umumnya akan dilakukan diawal bulan ramadhan dan pada saat selamatan, si anak perempuan akan duduk di area tertentu seperti panggung sambil menyaksikan tarian dan pertunjukan rebana. Anak perempuan yang bersangkutan umumnya akan menerima ucapan selamat secara bergilir dari para tetua desa dan keluarga besar secara bergilir. Selain menolak bala, ritual yang masih ada hingga masa sekarang, tepatnya di Kabupaten Pasemah Air Keruh Ini mampu mengubah pola anggapan kedewasaan seorang anak perempuan. Khitanan di Yogyakarta Kegiatan khitanan di Yogyakarta sekarang ini sudah cukup jarang dilakukan dengan cara adat, karena ramai yang menganggap bahwa khitanan dalam rumah sakit atau ahli supit sudah cukup. Tetapi kenyataannya ada penilaian khusus yang akan diperoleh oleh keluarga pelaksana khitan ketika sang buah hati dikhitankan, yaitu keselamatan dan harapan agar sang buah hati tumbuh menjadi anak yang berbakti pada kedua orangtuanya. Untuk urutan upacara yang dilakukan adalah majang (simbol pemasangan bleketepe pada rumah keluarga yang memiliki hajat), tarub (pemasangan tempat berteduh yang umumnya dihias janur kuning), siraman dan ngabekten (dimandikan dengan air kembang dan sungkem kepada kedua orangtua), dan gress (pemotongan kulit kepala kemaluan lelaki yang diakhiri dengan pemanjatan doa bersama).
0 Comments
|
About
Dongeng dan cerita travel dari segala pengalaman untuk di share menjadi artikel seru untuk dibaca maupun dijadikan panduan wisata seluruh tujuan wisata. Archives
June 2017
Categories
All
|